Bimbingan Konseling

Rabu, 08 Mei 2013

Pengaruh Aktivitas Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah
Belajar merupakan kegiatan yang harus dilakukan manusia dalam mengembangkan potensi yang dimiliki dalam dirinya. Proses belajar juga dapat terjadi melalui pengalaman – pengalaman yang telah kita lalui, seperti yang dikatakan James O.Wittaker, “learning may be defined as the process by which behavior organites or is altered through training or experience”. Belajar dapat didefinisikan sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Setelah kita melakukan proses belajar maka kita akan mendapatkan hasilnya.
Hasil belajar sangat menentukan kehidupan kita kedepannya, maka dari itu penelitian ini ingin melihat bagaimana aktivitas siswa dalam mencapai hasil belajar yang maksimal.
Penelitian ini dilakukan dengan memberikan angket yang berisi beberapa pertanyaan yang berintikan aktivitas apa saja yang dilakukan siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang tinggi, sehingga siswa / responden memberikan jawaban dan itu merupakan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti yang kemudian akan dikelola sedemikian rupa. Permasalahan yang timbul dalam melakukan penelitian ini adalah membuat responden menjawab dengan jujur dan sebenar – benarnya.
1.2  Identifikasi Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah diatas maka dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut :
1.      Apa faktor penentu hasil belajar siswa
2.      Apa saja yang harus dilakukan siswa dalam mencapai hasil belajar yang maksimum
3.      Bagaimana persiapan siswa dalam mencapai  hasil belajar maksimum
1.3  Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah, identifikasi masalah maka dapat dirumuskan yaitu sejauh manakah aktivitas / persiapan siswa SMA Negeri 2 Lubuk Pakam dalam mencapai hasil belajar yang maksimum.
1.4  Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui bagaimana hasil siswa dalam mengikuti setiap mata pelajaran.
2.      Untuk mengetahui apa – apa saja aktivitas siswa dalam mencapai hasil belajar yang maksimal pada setiap mata pelajaran.
3.      Untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam mengikuti setiap mata pelajaran.
1.5  Manfaat Penelitian
Penelitian ini memberikan manfaat, sebagai berikut :
1.      Sebagai acuan siswa dalam mencapai hasil belajar yang maksimum.
2.      Untuk membantu guru melihat bagaimana aktivitas yang telah dilakukan siswa dalam mencapai hasil belajar yang maksimum dalam setiap mata pelajaran.
3.      Mahasiswa calon guru BK akan lebih mudah dalam mengatasi masalah – masalah yang dihadapi siswa dalam mencapai hasil belajar yang meksimum.



BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1  Deskripsi Teori
2.1.1        Hasil Belajar
Hasil belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri atas dua kata yaitu “ hasil “ dan “ belajar “ yang memiliki arti yang berbeda. Oleh karena itu untuk memahami lebih mendalam mengenai makna hasil belajar, akan dibahas dulu pengertian “ hasil “ dan “ belajar”.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hasil merupakan sesuatu yang diadakan (dibuat, dijadikan, dsb) oleh usaha (tanam – tanaman, sawah, tanah, ladang, hutan, dsb) Menurut Djamarah (2000: 45), hasil adalah prestasi dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun kelompok. Hasil tidak akan pernah dihasilkan selama orang tidak melakukan sesuatu. Untuk menghasilkan sebuah prestasi dibutuhkan perjuangan dan pengorbanan yang sangat besar. Hanya dengan keuletan, sungguh–sungguh, kemauan yang tinggi dan rasa optimisme dirilah yang mampu untuk mancapainya.
Sedangkan belajar menurut Cronbach di dalam bukunya yang berjudul Educational Psychology menyatakan bahwa : learning is shown by a change in behavior as a result of experience. Jadi menurut Cronbach belajar yang sebaik – baiknya adalah dengan mengalami; dan dalam mengalami itu si pelajar menggunakan pancainderanya. Sesuai dengan pendapat ini adalah pendapat Harold Spears . Spears menyatakan bahwa: learning is a change in performance as a result of practice.
Ernest R. Hilgard (1948) menyatakan bahwa, belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui latihan dan perubahan itu disebabkan karena adanya dukungan dari lingkungan yang positif yang menyebabkan terjadinya interaksi edukatif. Perubahan itu terjadi secara menyeluruh meliputi pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Tetapi kadang – kadang hanya Nampak salah satu domain saja. Perubahan belajar itu sendiri tidak berdasarkan naluri tetapi melalui proses latihan.
Menurut Gagne (1984), belajar didefinisikan sebagai proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat suatu pengalaman sedangkan menurut James O.Wittaker, “learning may be defined as the process by which behavior organites or is altered through training or experience”. Belajar dapat didefinisikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.
Semua defenisi yang telah dikemukakan itu diberikan oleh ahli – ahli yang berbeda pendiriannya, berlain – lain titik tolaknya. Kalau kita simpulkan defenisi – defenisi yang lain, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah aktivitas yang dilakukan individu untuk menghasilkan peubahan tingkah laku melalui proses latihan dan pengalaman yang didapat dari lingkungan sekitar individu tersebut melalui pancainderanya.  
Maka dari itu dapat disimpulkan pula defenisi hasil belajar yaitu prestasi atau kemampuan baru yang didapat dari proses aktivitas yang dilakukan individu dalam menghasilkan perubahan perilaku yang baru. Kemampuan baru yang didapat individu tersebut dpat berupa informasi, ketrampilan, dan sikap. Seperti yang diutarakan oleh Gagne.
Gagne membagi hasil belajar menjadi lima bagian yaitu : 1)  Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi, simbol, pemecahan masalah, maupun penera pan aturan. 2) Penerapan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas. 3) Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.4)  Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani. 5)   Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian objek tersebut.
Hasil belajar menurut Gagne merupakan sebagian besar yang kita peroleh dari setiap pengalaman dan proses latihan. Pendapat Gagne tentang hasil belajar tersebut masih dianut sampai sekarang. Perwujudan hasil belajar akan selalu berkaitan dengan kegiatan evaluasi pembelajaran, sehingga diperlukan adanya teknik dan procedure evaluasi belajar yang dapat menilai secara efektif proses dan hasil belajar.
2.1.2        Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Keberhasilan seseorang sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor – faktor tersebut dapat dikelompokan menjadi dua bagian kelompok, yaitu faktor dari dalam diri (internal) dan faktor dari luar diri (eksternal).
1.      Faktor dari dalam diri (internal)
Faktor dari dalam diri yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah kecakapan, minat, bakat, usaha, motivasi, perhatian, kelemahan dan kesehatan, kebiasaan siswa tersebut dan faktor psikologisnya. Siswa yang memiliki intelegensi yang rendah, tidak dapat dipaksakan untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimum dan salah satu hal yang harus paling ditanamkan dalam diri siswa adalah bahwa belajar yang dilakukannya merupakan kebutuhan dirinya sendiri bukan untuk orang lain dan untuk masa depannya.
Minat belajar berkaitan dengan seberapa besar individu merasa suka atau tidak suka terhadap suatu materi yang dipelajari. Minat inilah yang harus dimunculkan lebih awal dalam diri siswa. Minat, motivasi dan perhatian siswa dapat dikondisikan oleh guru, dengan berbagai cara ataupun metode pembelajaran yang unik. Kecakapan belajar individu dalam menerima materi sangat berbeda – beda ada yang cepat, sedang dan lambat. Demikian pula pengelompokan kemampuan siswa berdasarkan penerimaan, msaknya proses pemahamannya harus dengan cara perantara visual, audio ataupun audiovisual dan atau harus dibantu dengan alat/media lainnya.
2.      Faktor dari luar diri (eksternal)
Faktor dari luar diri siswa yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah lingkungan fisik dan nonfisik (termasuk suasana kelas dalam belajar), lingkungan keluarga, program sekolah, guru, pelaksanaan pembelajaran dan teman sekolah/sebaya. Guru adalah faktor yang paling berpengaruh terhadap proses ataupun hasil belajar siswa, sebab guru adalah orang yang mengatur siswa dalam proses pembelajaran. Jika guru tidak dapat mengatur kelas maka proses pembelajaran tidak akan dapat berjalan dengan baik. Dari variable guru yang paling dominan dalam mempengaruhi proses pembelajaran adalah kualiatas pengajarannya atau kompetensi professional yang dimilikinya. Artinya kemampuan dasar yang dimiliki guru baik di bidang kognitif seperti penguasaan bahan, bidang sikap seperti mencintai profesi dan perilaku seperti ketrampilan mangajar, menilai hasil belajar siswa dan sebagainya. Hasil penelitian Nana sudjana (1987) menunjukan bahwa 76,6% hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kompetensi guru dengan rincian; kemampuan guru mengajar memberikan sumbangan 32,43% dan penguasaan materi pelajaran memberikan sumbangan sebesar 32,58% dan sikap guru terhadap mata pelajaran memberikan sumabangan sebesar 8,60%.
   Disamping factor guru, kualitas pengajaran dipengaruhi oleh karakteristik kelas. Variable karakteristik kelas antara lain adalah :
1.      Besarnya kelas. Artinya banyak sedikitnya jumlah siswa yang belajar. Pada umumnya ratio yang digunakan adalah 1:40 artinya 1 orang guru melayani 40 orang siswa.
2.      Suasana belajar. Suasana belajar yang demokratis akan memberikan peluang hasil belajar yang optimal, dibandingkan dengan suasana belajar yang kaku, disiplin yang ketat dengan otoritas yang ada pada guru. Siswa  belajar, mengajukan pertanyaan/pendapat, berdialog dengan teman sekelas dan lain – lain. Perasaan cemas dan khawatir pada diri siswa sering tidak menumbuhkan kekreatifan belajar siswa
3.      Fasilitas dan sumber yang tersedia. Kelas harus diusahakan sebagai laboratorium belajar bagi siswa. Artinya kelas harus menyediakan berbagai sumber belajar, seperti buku pelajaran, alat peraga dan lain – lain. Disamping itu harus diusahakan agar siswa diberi kesempatan untuk berperan sebagai sumber belajar.
Factor lain yang mempengaruhi proses belajar dan hasil belajar siswa adalah karakteristik sekolah yaitu yang berkaitan dengan disiplin sekolah, perpustakaan nyang ada   di sekolah, letak geografis sekolah, lingkunagn sekolah, estetika dalam arti sekolah dapat memberikan perasaan nyaman dan kepuasan belajar, bersih, rapi dan teratur.

2.1.3    AKTIVITAS BELAJAR
Aktivitas belajar setiap individu adalah sangat bermacam – macam. Belajar dapat pula dikatakan sebagai suatu proses, artinya dalam belajar akan terjadi proses melihat, membuat, mengamati, menyelesaikan masalah atau persoalan, menyimak, dan latihan. Banyak aktivitas – aktivitas yang oleh hampir setiap orang dapat disetujui kalau disebut aktivitas belajar, seperti misalnya mendapatkan pengetahuan baru tentang sesuatu hal, menghafal syair, nyanyian dan sebagainya.
Aktivitas belajar diperlihatkan oleh adanya perubahan perilaku. Bentuk perubahan perilaku sebagai hasil belajar dapat bersifat fungsional-struktural, material-substansial, dan behavioral (Abin Syamsuddin Makmun, 2004:167). Dalam konteks pembelajaran, aktivitas belajar dan perubahannya memiliki indikator yang juga dapat diukur melalui cara-cara tertentu.
Ada beberapa aktivitas belajar yang tidak begitu jelas apakah itu tergolong sebagai perbuatan belajar; seperti misalnya mendapatkan bermacam – macam sikap sosial (misalnya prasangka), kegemaran, pilihan dan lain – lainnya. Selanjutnya ada beberapa hal yang kurang berguna yang juga terbentuk pada individu, seperti misalnya tics, gejala – gejala autistic, dan sebagainya, apakah hal – hal yang dikemukakan paling akhir itu tergolong pada hal belajar, sukar dikatakan.
Ada juga empat hal aktivitas dasar individu dalam konteks ini ialah siswa dalam hal belajar, yaitu : learning to know, learning to do, learning to live together dan learning to be.
Learning to know artinya belajar untuk mengetahui; pada aktivitas ini siswa  melakukan aktivitas pemahaman tentang materi pembelajaran agar ia mengetahui dan memahami substansi yang terdapat dalam materi pembelajran tersebut.
Learning to do artinya belajar untuk berbuat; dalam konteks ini siswa akan belajar membuat sesuatu hal terhadap dirinya maupun orang lain seperti halnya mengerjakan, menerapkan, menyelesaikan persoalan, melakukan eksperimen, pengamatan dan sejenisnya, sehingga dari perilaku membuatnya tersebut siswa akan belajar dari pengalam yang ia  jalani dan akan dapat merubah perilaku siswa tersebut.
Learning to live together artinya belajar untuk hidup bersama; yang menjadi target aktivitas ini adalah siswa memiliki kemampuan untuk hidup bersama artinya mampu hidup dalam berkelompok. Dalam hal ini siswa akan membentuk kelompok yang sesuai dengan konsep dirinya dan siswa akan memiliki pengalaman melakukan tanggung jawab dalam kelompok dan akan melakukan perubahan tingkah laku untu menerapakan sikap toleransi, memahami asas dalam kelompok serta memahami dan merasakan kesulitan orang lain.
Learning to be artinya belajar untuk menjadi; yang menjadi taget dalam aktivitas belajar ini adalah siswa akan mencoba untuk tetap menjadi dirinya sendiri yang sesuai dengan minat, bakat, potensi dan kemampuannya. Hasil belajar dari aktivtas ini benar – benar bermakna dalam kehidupan siswa maupun orang lain, sehingga dapat mengantar siswa menjadi manusia yang mandiri.
2.1.4 Tipe Belajar
Dalam mencapai proses dan hasil belajar yang optimal, kita perlu mengenal beberapa tipe belajar. Gagne (1970) menentukan ada 8 tipe hasil belajar yang dapat dilakukan siswa, yaitu antara lain :
a.       Belajar melalui isyarat ( Signal Learning)
Belajar isyarat merupakan satu tipe belajar yang dapat membentuk perilaku melalui sinyal atau isyarat sehingga terbentuk sikap tertentu, tetapi respon yang ditimbulkan dapat bersifat umum, tidak jelas bahkan emosional.
b.      Belajar melalui rangsangan tindak balas ( Stimulus-Respon Learning)
Belajar melalui rangsangan tindak balas merupakan suatu tipe belajar yang dapat membentuk perilaku melalui pengkondisian stimulus untuk menghasilkan suatu tindak balas (respon). Pembentukan kemampuan siswa tidak diperoleh secara tiba – tiba akan tetapi harus dilakukan melalui latihan – latihan. Respon tersebut bersifat spesifik, jelas ndan dapat diperkuat dengan reward.
c.       Belajar melalui perangkaian (Chaining Learning)
Belajar melalui perangkaian merupakan tipe belajar yang dapat membentuk perilaku melalui beberapa stimulus-respon yang berangkai; dalam bahasa contohnya “Ibu-Bapak”,”kampung-halaman”, juga dalam perbuatan kita terdapat chaining, contoh : dari pulang tugas mengajar, buka sepatu, menyimpan tas, ganti baju, makan dan seterusnya.
d.      Belajar melalui perkaitan verbal (verbal association learning)
Belajar melalui perkaitan verbal suatu tipe belajar yang dapat membentuk perilaku melalui perkaitan verbal. Perkaitan verbal ini bisa mdimulai dari yang sederhana, misalnya, bila siswa diperlihatkan wujud bentuk geometris kemudian siswa dapat menyebutnya “bujur sangkar” . tipe belajar ini dibentuk melalui stimulus-respons.
e.       Belajar melalui membeda – bedakan (Descrimination Learning)
Tipe belajar ini membentuk perilaku dengan membeda – bedakan objek yang abstrak maupun konkrit. Siswa dapat membedakan sesuatu yang berkaitan dengan ruang, bentuk, peristiwa, gambar atau lambing. Dengan tipe ini belajar siswa dapat belajar secara sintesis karena dapat membeda – bedakan beberapa objek.
f.       Belajar melalui konsep (Concept Learning)
Tipe belajar ini merupakan pembentukan perilaku melalui pemahaman tentang benda, peristiwa, kategori, dan suatu kelompok. Yang dimaksud konsep di sini adalah konsep menurut defenisi. Contoh dalam matematika akar, bilangan imajiner dan negative. Dalam bahasa misalnya subjek ddan objek.
g.      Belajar melalui aturan – aturan (Rule Learning)
Tipe belajar ini dapat membentuk perilaku melalui aturan – aturan. Belajar melalui aturan merupakan proses belajar yang membentuk kemampuan siswa supaya memahami aturan – aturan dan mampu menerapkannya. Belajar melalui aturan berarti belajar melalui dalil-dalil, rumus – rumus dan ketentuan. Untuk melaksanakan belajar, siswa harus memahami terlebih dahulu tentang konsep – konsep yang berkaitan dengan aturan – aturan tersebut. Siswa akan memahami belajar melalui aturan, bila siswa sudah memahami konsep – konsep yang berkaitan dengan aturan tersebut.
h.      Belajar melalui pemecahan masalah (Problem Solving Learning)
Tipe belajar ini dapat membentuk perilaku melalui kegiatan pemecahan masalah. Tipe belajar ini merupakan tipe belajar yang dapat membuat siswa berfikir ilmiah dan kritis myang termasuk pada belajar yang menggunakan pemikiran atau intelektual tinggi. Tipe belajar ini memberikan pemahaman yang lama jika dibandingkan dengan tipe belajar yang lainnya. Siswa dapat melakukan tipe belajar ini apabila ,siswa sudah memahami dan menerapkan tipe belajar.
2.2  KERANGKA KONSEPTUAL
Setelah melakukan proses belajar maka akan diperoleh hasil belajar, hasil belajar merupakan segala sesuatu nyang didapat setelah melakukan proses pembelajaran, seperti prestasi ataupun perubahan tingkah laku yang baru. Hasil belajar juga merupakan penentu sudah seberapa besar usaha siswa dalam mengikuti pembelajaran atau seberapa serius siswa mengikutinya. Hasil belajar juga dapat diperoleh melalui pengalaman siswa dan latihan. Pengalaman yang baik akan memberikan pembelajaran yang baik pula bagi siswa sehingga siswa akan memberikan respons perubahan tibgkah laku yang baik.
Hasil belajar juga dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu factor dari dalam diri dan dari luar diri siswa. Siswa yang memiliki minat dan motivasi yang tinggi dalam mengikuti proses pembelajaran maka ia akan memperoleh hasil yang baik tetapai jika siswa tidak memiliki minat dan motivasi dari dalam dirinya maka hasil yang diperolehnya akan buruk. Factor lingkungan sekitar juga mempengaruhi karena jika lingkungan tidak mendukung proses pembelajaran maka proses tersebut tidak akan berjalan dengan baik sehingga tidak akan memberikan hasil yang baik pula.
Berkaitan dengan hal tersebut, diri siswa dan lingkungan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa tersebut, sehingga orang – orang sekitar siswa harus dapat membantu siswa dalam membangkitkan semangat siswa untuk mencapai hasil belajar yang maksimum.
Hasil belajar yang maksimum akan diperoleh siswa jika ia melakukan aktivitas belajar yang sungguh – sungguh, tetapi jika siswa tidak sungguh – sungguh dalam belajar maka hasil yang diperolehnya tidak akan maksimum. Maka dari itu, untuk mendapatkan hasil yang maksimum siswa dapat menggunakan beberapa tipe belajar yang sesuai dengan keadaan dirinya dan harus serius dalam melakukan tipe belajar tersebut.
2.3  HIPOTESIS
Hipotesis adalah suatu jawaban syang bersifat sementara terhadap masalah penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Hipotesis yang peneliti berikan adalah   H0: tidak ada pengaruh aktivitas belajar terhadap hasil belajar siswa.
 Ha: siswa yang melakukan aktivitas dengan sungguh – sungguh akan memperoleh hasil yang maksimum.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1              Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Sekolah SMA Negeri 2 Lubuk Pakam Kelas X-3  Kabupaten Deli Serdang. Pada tanggal 26 April 2013 Tahun Ajaran 2012/2013.
3.2              Metodologi Penelitian
Metodologi penelitian adalah bagaimana suatu penelitian dilakukan. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif.
3.3              Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X-3 SMA Negeri 2 Lubuk Pakam sebanyak 36 siswa. Oleh karena populasi sedikit maka populasi dalam penelitian ini sekaligus menjadi sampel penelitian / sampel total.
3.4              Instrumen Penilaian
Instrumen penilaian merupakan langkah yang cukup penting dala proses penelitian karena pada umumnya data dikumpulkan melalui prosedur penelitian. Dalam penelitian ini untuk memperoleh data yang dipergunakan alat pengumpul data seperti angket. Angket merupakan sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari sejumlah responden dalam arti laporan yang sesuai dengan pribadinya atau hal – hal yang diketahuinya. Adapun angket yang dipergunakan bersifat langsung. (arkuinto, 1999) menyatakan kuesioner (angket) dikatakan bersifat langsung jika kuesioner tersebut diisi langsung oleh orang yang akan diminta jawaban.
3.5              Tehnik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan angket bersifat langsung. Adapun langkah – langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :
1.      Merancang kisi – kisi angket
2.      Membuat angket
3.      Angket disebarkan secara langsung kepada siswa kelas X-3 SMA Negeri 2 Lubuk Pakam
4.      Menarik kesimpulan dari hasil angket

3.6  Analisis Data
Untuk mendapatkan hasil dari penelitian maka dilakukan analisis data dengan cara menganalisis angket secara subyektif dan mempresentasikannya dalam bentuk frekuensi dan persentase. Dalam mencari persentase digunakan rumus rata – rata.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Berdasarkan angket yang penulis berikan kepada 36 siswa di SMA Negeri 2 Lubuk Pakam, maka diperoleh data bahwa siswa yang melakukan aktivitas belajar pada malam hari sebanyak 34 siswa dari 36 siswa atau sebesar 94,44% , sedangkan 2 orang siswa menyatakan bahwa mereka belajar pada saat sore hari sehabis pulang sekolah dengan persentase sebesar 5,56%. Siswa yang melakukan aktivitas belajar pada malam hari atau siang hari, melakukan aktivitas belajarnya selama 1 jam dengan persentase 27,77% atau 10 orang dari 36 orang, untuk yang lebih dari 1 jam yaitu sebesar 52,78% atau 19 siswa dari 36 siswa sedangkan yang belajar kurang dari 1 jam sebanyak 7 orang atau sebesar 19,45%. 
No
Waktu Belajar
Jumlah Siswa
Persentase
1
Pagi Hari
-
-
2
Sore Hari/Pulang Sekolah
2 Siswa
5,56%
3
Malam Hari
34 Siswa
94,44%



No
Lama Belajar
Jumlah Siswa
Persentase
1
>1 Jam
19 Siswa
52,78%
2
1 Jam
10 Siswa
27,77%
3
<1 Jam
7 Siswa
19,45%
No
Kegiatan Belajar Efektif
Jumlah Siswa
Persentase
1
Membaca Materi Pelajaran
21 Siswa
58,33%
2
Mengerjakan Tugas – Tugas sekolah
12 Siswa
33,33%
3
Menyusun Roster & Berdoa
3 Siswa
8,33%
No
Usaha Menghadapi Kesulitan
Jumlah Siswa
Persentase
1
Bertanya Pada Guru
10 Siswa
27,77%
2
Kerja Kelompok Dengan Teman-teman
14 Siswa
38,88%
3
Bertanya Pada Pengajar Bimbingan Belajar
 5 Siswa
13,88%
4
Bertanya Pada Keluarga
7 Siswa
19,44%
No
Hasil Belajar
Jumlah Siswa
Persentase
1
Sangat Memuaskan
-
-
2
Memuaskan
20 Siswa
55,55%
3
Cukup
 10 Siswa
27,77%
4
Tidak Memuaskan
6 Siswa
16,66%
  1. Belajar stimulus respon. Belajar tipe ini memberikan respons yang tepat terhadap stimulus yang diberikan. Reaksi yang tepat diberikan penguatan (reinforcement) sehingga terbentuk prilaku tertentu shaping. Kondisi yang diperlukan untuk berlangsungnya tipe belajar ini adalah factor pengutan (reinforcement). Kemampuan tidak diperoleh dengan tiba-tiba, akan tetapi melalui latihan-latihan, respon dapat diatur dan dikuasai, respon diperkuat dengan imbalan atau reword.
  1.  Belajar merantaikan (chaining) . Tipe belajar ini merupakan cara belajar dengan membuat gerakan-gerakan motorik, sehingga akhirnya membentuk rangkaian gerak dalam urutan tertentu. Contohnya yaitu pengajaran tari atau senam yang dari awal membutuhkan proses-proses dan tahapan untuk mencapai tujuannya.
  1. Belajar asosiasi verbal  (verbal association).  Tipe belajar verbal association  merupakan belajar menghubungkan suatu kata dengan suatu objek yang berupa benda, orang atau kejadian dan merangkaiakn sejumlah kata dalam urutan yang tepat. Contohnya yaitu Membuat langkah kerja dari suatu praktek dengan bntuan alat atau objek tertentu. Membuat prosedur dari praktek kayu.
  1. Belajar membedakan (discrimination).  Tipe belajar discrimination  memberikan reaksi yang berbeda-beda pada stimulus yang mempunyai kesamaan. Contohnya yaitu seorang guru memberikan sebuah bentuk pertanyaan dalam berupa kata-kata atau benda yang mempunyai jawaban yang mempunyai banyak versi tetapi masih dalam satu bagian dalam jawaban yang benar. Guru memberikan sebuah bentuk (kubus) siswa menerka ada yang bilang berbentuk kotak, seperti kotak kardus, kubus, dsb.
  1. Belajar konsep (cocept learning).  Belajar mengklasifikasikan stimulus, atau menempatkan objek-objek dalam kelompok tertentu yang membentuk suatu konsep. (konsep : satuan arti yang mewakili kesamaan ciri). Contohnya yaitu memahami sebuah prosedur dalam suatu praktek atau juga teori. Memahami prosedur praktek uji bahan sebelum praktek, atau konsep dalam kuliah mekanika teknik.
  1. Belajar dalil (rule learning)  tipe belajar learning merupakan tipe belajar untuk menghasilakan aturan atau kaidah yang terdiri dari penggabungan bebrapa konsep. Hubungan antara konsep biasanya dituangkan dalam bentuk kalimat. Contohnya yaitu seorang guru memberikan hukuman kepada siswa yang tidak mengerjakan tugas yang merupakan kewajiban siswa, dalam hal itu hukuman diberikan supaya siswa tidak mengulangi kesalahannya.
  1. Belajar memecahkan masalah (problem solving). Tipe belajar prolem solving merupakan tipe belajar  yang menggabungkan beberapa kaidah untuk memecahkan masalah, sehingga terbenuk kaedah yang lebih tinggi.
NIM : 1123151021
Program Studi Pendidikan Bimbingan dan Konseling


Tabel 1 : Persentase Waktu Belajar Siswa SMA Negeri 2 Lubuk Pakam
Tabel 2 : Persentase Lama Belajar Siswa SMA Negeri 2 Lubuk Pakam
Indicator lain untuk mencapai hasil belajar yang maksimum adalah mempersiapkan diri belajar secara efektif. Siswa di SMA Negeri 2 Lubuk Pakam melakukan kegiatan mempersiapkan diri belajar secara efektif dengan berbagai kegiatan yaitu membaca materi pelajaran sebesar 58,33% atau 21 siswa dari 36 siswa kelas X3 di SMA Negeri 2 Lubuk Pakam, sedangkan untuk siswa yang mempersiapkan diri belajar secara efektif dengan mengerjakan tugas – tugas sekolah sebesar 12 siswa atau sebesar 33,33%, untuk yang lainnya yaitu sebesar 8,33% dengan melakukan kegiatan berupa menyusun roster dan berdoa.    
Tabel 3 : Persentase Kegiatan Belajar Efektif SMA Negeri 2 Lubuk Pakam
Belajar merupakan kegiatan yang kompleks sehingga akan sering timbul kesulitan, maka dari siswa SMA Negeri 2 Lubuk Pakam melakukan berbagai kegiatan untuk mengatasi permasalahan tersebut. Siswa SMA Negeri 2 Lubuk Pakam melakukan kegiatan bertanya pada guru sebesar 27,77% atau sebesar 10 siswa dari 36 siswa di SMA Negeri 2 Lubuk Pakam. 14 siswa dari 36 siswa di SMA Negeri 2 Lubuk Pakam atau sebesar 38,88% lebih memilih kerja kelompok dengan teman – teman sebayanya yang lebih mengetahui materi pelajaran. Sedangkan yang  lebih memilih bertanya kepada pengajar khursus bimbingan belajar sebesar 5 orang atau sebesar 13,88% sedangkan cara mengatasi kesulitan dengan bertanya kepada keluarga seperti orang tua ataupun saudara sebesar   19,44%.
Tabel 4 : Persentase Usaha Siswa SMA Negeri 2 Lubuk Pakam Dalam Menghadapi Kesulitan
Setelah Siswa SMA Negeri 2 Lubuk Pakam melakukan kegiatan belajar, maka mereka akan memperoleh hasil belajar berupa nilai raport. Siswa SMA Negeri 2 Lubuk Pakam memperoleh hasil yang memuaskan sebesar 55,55% yaitu 20 orang dari 36 siswa, sedangkan yang mendapat kategori cukup sebesar 27,77% atau 10 siswa dari 36 siswa di SMA Negeri 2 Lubuk Pakam. Kategori tidak memuaskan sebesar 6 siswa atau sebesar 16,66% sedangkan untuk kategori yang sangat memuaskan sebesar 0,00% di SMA Negeri 2 Lubuk Pakam.

Tabel : Persentase Hasil Belajar Siswa SMA Negeri 2 Lubuk Pakam
4.2 Pembahasan
            Penelitian yang dilakukan kepada siswa SMA Negeri 2 Lubuk Pakam Kelas X-3 sebanyak 36 responden terhadap indikator hasil belajar.
            Menurut Gagne untuk mencapai hasil belajar yang maksimal harus melakukan 8 tipe belajar yaitu sebagai berikut :
1.   Belajar Isyarat (signal learning). Ternyata tidak semua reaksi spontan manusia terhadap stimulus sebenarnya tidak menimbulkan respons. Dalam konteks inilah signal learning terjadi. Contohnya yaitu seorang guru yang memberikan isyarat kepada muridnya yang gaduh dengan bahasa tubuh tangan diangkat kemudian diturunkan.
BAB V
PENUTUP
5.1    Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan terhadap siswa kelas X-3 di SMA Negeri 2 Lubuk Pakam, maka dapat disimpulkan yakni :
1.      Hasil belajar yang didapat oleh Kelas X-3 di SMA Negeri 2 Lubuk Pakam sudah dapat dikategorikan baik berdasarkan hasil data yang diperoleh.
2.      Pesiapan siswa kelas X-3 SMA Negeri 2 Lubuk Pakam untuk mencapai hasil yang maksimum tergolong baik dapat dilihat dari cara belajar efektiif yang mereka lakukan dan keinginan mereka menyelesaikan kesulitan dalam belajar.
3.      Hasil belajar yang maksimum yang didapat Kelas X-3 SMA Negeri 2 Lubuk Pakam diperoleh dari kesiapan mereka dalam mengikuti proses belajar.
5.2    Saran – saran
Dari hasil penelitian dan kesimpulan maka diajukan saran – saran sebagai berikut:
1.      Disarankan kepada siswa agar meningkatkan waktu dalam melakukan proses belajar.
2.      Siswa disarankan agar menambah kegiatan belajar efektif dalam mencapai hasil yang maksimum
3.      Guru SMA Negeri 2 Lubuk Pakam disarankan dalam melakukan evaluasi belajar agar sesuai dengan kemampuan siswa.
4.      Kepada orang tua agar memperhatikan anaknya dalam melakukan proses belajar.

DAFTAR PUSTAKA
Suryabrata, 2011. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Muhibbin, Syah. (2000). Psikologi Pendidikan dengan Suatu Pendekatan Baru. Bandung : PT.    Remaja Rosdakarya.
Sudjana, N. 1989. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Suryabrata, S. 1998. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada .
Winkel, WS 1997. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia.
Ardial. 2005. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Dan Mempersiapkan Diri Menjadi Penulis Artikel Ilmiah). Medan: Kencana.

PENGARUH AKTIVITAS BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA
DI SMA NEGERI 2 LUBUK PAKAM
Oleh :
Indra Sinaga
MINI RISET
Diajukan Untuk Menyelesaikan Tugas BK Belajar
JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2013


x

2 komentar:

  1. assalamualaikum ...
    boleh nggak saya minta file lengkapnya ...
    kalo boleh tolong kirimkan ke e-mail saya mohammedelbahrumi@gmail.com

    BalasHapus
  2. Artikel yang bagus, izin sharing Admin Download PKP DAN PTK LENGKAP DI WWW.PKP-LENGKAP.COM atau kontak 081318014989

    BalasHapus